Jumat, 21 Maret 2014

Hukum Semesta

Suatu hari, ada seorang pemuda berlibur ke rumah neneknya di desa. Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, neneknya menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.
“Wah, mangganya harum dan manis sekali, Nek. Sedang musim ya? Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya,” ujar si pemuda sambil terus malahap mangga itu.

Dengan tersenyum, nenek menjawab, “Makanya sering-seringlah menjenguk Nenek, Nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya bukan Nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah menyantap buah mangga kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu, telah tumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kamu nikmati buahnya.”
“Sungguh, Nek? Buah mangga ini hasil dari kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku merasa tidak pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bias aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya.” Si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga di hadapannya.
Nenek melanjutkan berkata, “Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji manggadi halaman itu, teteapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan tumbuh. Dan sesuai hokum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam.”
Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa penasaran,diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi dua. Dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji mangga itu sehingga biasa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata, dia tidak menemukan perbedaan apapun.
Melihat tingkah si cucu, sang nenek menyela, “Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi, sesungguhnya unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma, dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semua tergantung inti buahnya. Cucuku, demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bias berhasil atau tidak adalah kualitas unsure-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsure kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?”
“Terima kasih, Nek. Saya sungguh bersyukur memutuskan dating kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas,” ucapnya sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek.
Hukum alam pada kisah nenek dan cucunya tadi mengajarkan kepada kita dua hal. Pertama, apa yang telah kita tabor, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga, hokum alam mengajarkan, kita pasti akan menuai hasilnya.
Kedua, manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma, dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, kualitas mental yang di dalam yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts