Jumat, 21 Maret 2014

Kekuatan Sebuah Keyakinan

Memeras jeruk
Kekuatan Sebuah Keyakinan

Pasar Malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Setiap malam, begitu banyak orang menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota dalam lomba panco. Namun, setiap kali menutup pertunjukannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga tetes terakhir. “Hingga tetes terakhir,” pikirnya.

Manusia kuat itu selalu menantang para penonton, “Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bias memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!”
Kemudian naiklah seorang lelaki atletis ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras. Ia menekan sekuat tenaga sisa jeruk. Tapi, tak setetes  pun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu senyum-senyum sambil berkata, “Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?”
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. “Tentu saja boleh, Nyonya. Mari naik ke panggung.” Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Wanita itu lalu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan seperti memijit jeruk itu hingga akhirnya memeras. Dan, ting! Setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu, cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh. Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu.
“Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orangpernah mencobanya agar dia membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu bagaimana Anda bias melakukan hal itu?” tanya manusia kuat.
“Begini,” jawab wanita itu, “aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walaupun itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku.
“Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun, hingga saat ini, aku selalu menerima tetes berkah untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan rahmat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Akupun punya alas an untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku,” lanjutnya.
“Bila Anda memiliki alas an yang cukup kuat, Anda menemukan jalannya.” Demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tidak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang kuat untuk menerima hal tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts