Butet
menyatakan bahwa kentut dapat dijadikan sebagai parameter besarnya cinta
kekasih. Maksudnya, jika seorang kekasih berani kentut di hadapan kita, berarti
ia mncintai kita. Walaupun sekilas seperti guyonan, tetapi hal itu merupakan
kebenaran. Cobalah perhatikan suami istri yang sudah lama menikah. Keduanya tak
sungkan kentut di dekat pasangannya, karena telah dinaungi cinta.
Lain
halnya dengan sepasang kekasih yang belum menikah. Keduanya pasti berpikir
seribu kali untuk kentut di hadapan pasangannya. Keduanya khawatir dinilai
tidak sopan dan tidak menghormati pasangan. Oleh karena itu, salah satu di
antara keduanya lebih baik menahan kentut dan sakit perut daripada kentut
disana. Sesungguhnya, kondisi ini dikarenakan keduanya belum yakin akan
kekuatan cinta.
Keduanya
masih berusaha menunjukkan hal-hal positif dan ingin tampak sempurna di depan
pasangannya. Keduanya pura-pura baik, perhatian, bersimpati, berempati, serta
tidak berani menyampaikan kekurangan dan kelemahan satu sama lain.
Sesungguhnya,
cinta adalah kemampuan untuk menyatakan segala sesuatu yang sebenarnya, baik
kelebihan maupun kekurangan. Orang yang saling mencintai akan membantu
memperbaiki kesalahan pasangannya, dan mengelolanya menjadi energy kebajikan
pada masa mendatang.
Orang
yang saling mencintai tidak akan bersikap seperti polisi, jaksa, atau hakim
yang bertugas menilai benar atau salah, lalu menentukan balasan yang setimpal.
Keduanya akan menyayangi satu sama lain. Nah, kita tentu ingin menjadi orang
yang bias mencintai, bukan? Oleh karena itu, marilah kita berguru kepada orang
yang sudah mampu mencintai. Sebagai contoh, jika kita ingin menjadi dokter,
maka kita harus menuntut ilmu kepada dokter.
0 komentar:
Posting Komentar