Jumat, 29 November 2013

Perjalanan Arus Air

Sekumpulan kecil arus air turun dari gunung, jauh di atas sana melalui sejumlah desa dan hutan hingga ia mencapai padang pasir. Arus air kecil itu berpikir, “Aku telah melewati begitu banyak rintangan. Tentunya tidak ada masalah buat aku melintasi padang pasir ini.”
Namun ketika ia memutuskan untuk memulai perjalanannya, ia menemukan dirinya menghilang secara perlahan-lahan ke dalam padang pasir. Setelah mencoba berkali-kali, ia masih tetap menemukan dirinya menghilang dan merasa sangat sedih.
“Mungkin ini nasibku atau aku tidak mempunya nasib untuk mencapai lautan luas seperti dalam legenda.” Ia menggerutu dan mengutuk dirinya.
Pada waktu itu, terdengar suara yang dalam, “Jika awan dapat melewati padang pasir, tentunya sungai juga bisa.”
Kedengarannya itu seperti suara padang pasir. Tidak begitu yakin, arus kecil menjawab. “Itu karena awan dapat terbang, tapi aku tidak bisa.”
“Itu karena kamu melekat pada dirimu. Jika kamu benar-benar hendak melepaskannya dan biarkan dirimu menguap, ia akan menyeberang dan kamu akan mencapai tujuanmu,” kata padang pasir dengan suara yang dalam.
Arus kecil tidak pernah mendengar hal seperti ini. “Melepaskan diriku sekarang dan menghilang dalam bentuk awan? Tidak! Tidak!” Ia tidak dapat menerima gagasan demikian. Lagi pula, ia tidak pernah mengalami hal demikian sebelumnya. Bukankah itu merupakan penghancuran diri untuk menyerah pada bentuk yang ia miliki sekarang?
“Bagaimana aku tahu bahwa saran ini benar adanya?” Tanya arus kecil.
“Awan dapat membawa dirinya menyeberangi padang pasir dan melepaskannya sebagai hujan di tempat yang tepat. Hujan akan membentuk sungai lagi untuk meneruskan perjalanannya.” Demikian jawaban dari padang pasir dengan sabar.
“Akankah aku masih seperti diriku sekarang?” Tanya arus kecil.
“Ya dan tidak. Apakah kamu sebagai sungai atau uap yang kasat mata, hakikat diri kamu tidak akan pernah berubah. Kamu melekat pada kenyataan bahwa kamu adalah sungai karena kamu tidak mengetahui hakikat dirimu,” jawab padang pasir.
Jauh di dalam sanubarinya, arus kecil teringat bahwa sebelum ia menjadi sungai, kemungkinan juga ia adalah awan yang membawa dirinya hingga ke atas gunung, dimana ia berubah menjadi hujan dan jatuh ke tanah dan menjadi dirinya sekarang ini. Akhirnya, arus kecil mengumpulkan keberaniannya dan berlari ke dalam rangkulan awan yang membawanya ke perjalanan hidup berikutnya.
Perjalanan hidup kita seperti halnya pengalaman dari arus kecil. Jika kita ingin melewati rintangan guna mencapai tujuan dari kebenaran, kebajikan dan keindahan, kita juga harus memiliki kebijaksanaan dan keberanian untuk melepaskan sifat ke-aku­-an (kelekatan pada diri kita).

Mungkin kita dapat menanyakan pada diri kita sendiri, Apakah hakikat diriku? Melekat pada apakah diriku ini? Sebenarnya apa yang benar-benar aku inginkan?”

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts